Sepuluh tahun hampir berlalu kepemimpinan SBY-BUDIONO menjadi
pemimpin di pelosok negri ini. Tapi kesejahatraan sosial rakyat pekerja hari
ini masih jauh dari harapan yang diinginkan terutama pada anak-anak rakyat
pekerja, dimana dalam dunia pendidikan mulai dari masa colonial belanda,
pendidikan mulai dibuka oleh vande venter melalui politik etis tidak pernah
terbuka secara demokratik sampai sekarang.

Kepemimpinan rezim SBY-DUDIONO telah terbukti gagal dalam
mencerdaskan anak bangsa. Rezim hari ini menjadikan pendidikan sebagai
pencucian tangan para kapitalisme terutama kapitalisme pendidikan, dengan
menjadikan pendidikan menjadi pasar. Misalkan menjual buku, membayar uang
ujian, membayar uang pangkal, photo copi yang segarusnya ditanggung oleh pihak
sekolah dan sejinisnya.
Kurikulum-kurikulum yang diatur dalam pendidikan serta
kebijakan yang lahir selalunya tidak pernah berpihak pada anak-anak rakyat
pekerja. Dimana kebijakan tersebut selalunya berbau uang. Sehinga pendidikan hari
ini selalunya penuh dengan uang contoh setiap siswa baru yang akan Baru
memasuki sekolah baru harus membayar sikian ratus ribu atau lebih dari itu,
atau saja dengan jutaan rupiah, tetapi biasanya berlaku pada sekolah mahal yang
katanya sekolah unggulan.
Apakah benar sekolah unggulan benar-benar mencerdaskan,
justru lahirnya sekolah unggulan menutup ruang keinginan tahuan anak-anak
rakyat pekerja karena penuh dengan rupiah bagaimana dengan anak-anak miskin
atau ekonominya rendah, padahal mereka juga punya hak untuk mengenyam dunia
pendidikan dan cerdas. Selain sekolah mahal banyak juga sekolah yang murah,
tapi dengan kemurahan sekolah tersebut perlu dipertanyakan apa berkualitas atau
tidak. Buat apa sekolah murah kalao tidak berkualitas sama saja bohong.
Seharusnya pendidikan kita sangat-sangat bervisi kerakyatan,
terjangkau secara ekonomis, ilmiah, dan demokratik. Tidak seperti pada masa
sekarang ini yang penuh dengan pemerkosaan dan kebohongan terhadap para rakyat
pekerja.
Inikah model pendidikan kita yang akan memanusiakan manusia. pendidikan
hari ini telah dijadikan sebagai wadah hegemonisasi para kaum kapitalis agar
kita turut dengan apa yang dilakukan melalui kurikulum-kurikulum yang telah
diatur oleh mereka yang tak lepas dari kepentingan ekonomi dan politik kelas
berkuasa. Banyaknya sekolah-sekolah diprivatisasi menjadi BUMS dan menetukan
kebijakan secara individualistic sesuai dengan kepentingan para birokrasi
sekolah. Dari kebijakan itu melahirkan sebuah ketidak adilan bagi rakyat
pekerja penuh dengan deskriminalisasi.
Bagaimana merubah pola
fikir menjadi siswa revolusioner dan progresif.
Masih banyaknya siswa dan siswi hari ini yang tidak sadar
akan api penindasan dengan melahap manisnya penindasan tersebut, mulai dari jam
07.30 sampai pada jam pulang sekolah mereka disugukan mata pelajaran yang
sangat-sangat sesuai dengan kepentingan pasar dan ekonomi, kegiatan-kegiatan
ekstra kurikuler dilancarkan baik disaat libur terlebih-lebih pada saat waktu
sekolah berlangsung sampai selesai proses belajar alias pulang, masih
disibukkan dengan berbagai tugas yang tak jelas dimana tugas tersebut yang akan
mengatur mereka kepada sebuah kesibukan yang cukup luar biasa. Sehingga untuk
melakukan atau mencari ilmu pengetahuan tambahan tak ada karena telah disita oleh waktu yang
mengikat siswa tersebut, sehingga membunuh karakter anak klas pekerja dan
berwatak borjuis.
Sebuah organisasi sangat penting dalam kehidupan manusia
dimana dan kapanpun mereka berada tergantung dari cara pandangnya memilih
organisasi tersebut. Ketelitian sangat perlu kita perhatikan didalam mencari
dan menentukan yang mana harus dipilih. Mengapa, karena kapitalisme pendidikan
tak mau kalah dalam sebuah pertarungan face
to face antara organisasi-organisasi kerakyatan lainnya seperti FKSP yang
menajdi wadah pemersatu peserta didik hari ini dalam melewan dan menolak
penindasan dalam sector study khususnya disekolah-sekolah. Banyaknya slogan
anti kapitalisme bermunculan dipermukaan persada bumi ini membuat kapitalisme semakin
berhati-hati dan lebih agresif membangun organisasi yang berwatak kaptalisme
dengan tujuan menyaingi organisasi-organisasi kiri seperti FKSP. Organisasi
yang mereka bangun, diberikan anggaran khusus dari pemerintah sesuai dengan apa
kebutuhan organisasi tersebut, misalakan diberikan subsidi pertahun oleh
pemerintah pada organisasi bangunan mereka dengan dalil orang-orang yang ada
didalam organisasi tersebut dapat sejahtra dan tidak merasakan kekurangan serta
lupa akan dari mana mereka mendapatkan sesuap nasi untuk bertahan hidup dan
kepada siapa seharusnya mereka berkiblat.
Melalui organisasi-organisasi tersebut dijadikan sebagai alat
oleh para borjuasi pendidikan untuk melancarkan dotrinisasi pada setiap anak yang
masuk dalam oraganisasi tersebut misalkan organisasi pramuka jelas bagaimana
watak para anak-anak Indonesia yang aktif dalam organisasi tersebut, kebanyakan
dari mereka seakan bermimpi jadi tentara, polisi, sampai-sampai mereka
bercita-cita ingin menjadi tentara atau polisi dan lain-lainnya. Organisasi
tersebut bertujuan menciptakan kader-kader generasi borjuis untuk melanjutkan
dan melanggengkan system penindasan yang telah mereka bangun.
Seorang siswa yang revolusioner dan
progresif selalunya dapat memunculkan slogan-slogan anti kaptalisme pendidikan
serta selalu mengangkat persoalan rakyat pekerja khususnya dalam sector
pendidikan (sekolah), bukan skedar itu seorang siswa revolusioner juga dimana
dan kapanpun harusnya berpropaganda dan melaksanakan tugasnya dalam proses
penyadaran pada seluruh siswa yang ada dan mengajak mereka untuk berorganisasi
dan berjuang melawan sang penindas hari ini dalam merebut haknya sebagai siswa.
Sikap bermalas-malasan dalam melaksanakan tugas akan mempunyai dampak yang sangat
buruk pada organisasi maupun pada kawan pelopor lainnya serta efek yang akan
ditimbulkan adalah oraganisasi akan mengalami dekradasi yang seharusnya tidak
terjadi, terkadang penyakit bermalas-malasan akan menurun pada kawan pelopor
lainnya, ini yang tidak dinginkan oleh organisasi serta kawan-kawan pelopor
lainnya.
Beberapa metode melakukan proses penyadaran :
1. Kader Siswa revolusioner progresif
yang telah berkumpul dalam satu komite seharusnya kreatif dalam melakukan
propaganda. Misalkan dengan membangun kelompok belajar kecil pada klasnya
masing.
2. Aktif dalam kegiatan internal dan
external sekolah dengan tujuan melakukan proses penyadaran dan pengorganisiran
dalam kegiatan terserbut.
3. Melancarkan agenda forum-forum
diskusi demokratik disekolah masing-masing maupun diluar sekolah.
4. Membangun sekolah-sekolah bervisi
kerakyatan (perkampungan study)
Proses penyadaran pada siswa telah
berhasil dan mempunyai keinginan untuk berorganisasi dan bergabung, maka tugas
selanjutnya adalah memberikan mereka pengetahuan yang seharusnya mereka harus
tahu.
Banyaknya siswa siswi dipersada bumi
ini yang sadar akan penindasan dan mau berjuang
maka arah pendidikan kita akan lebih baik dan lebih jelas.
Pendidikan kita yang
dibungkus rapat oleh kapitalisme dengan system yang tak merakyat membuat rakyat
pekerja dan anak-anaknya semakin menderita dan tertindas. Tetapi semakin banyak
pula siswa siswi yang sadar akan system penindasan hari ini yang tak jelas
kemana arah dan tujuannya. Sebuah keniscayaan akan lahir bahwa kemenangan akan
jatuh pada tangan rakyat pekerja.
Sebuah solusi yang kami
tawarkan demi mencapai pendidikan yang sejatinya memanusiakan manusia :
1.
Penidikan
yang ilmiah.
2.
Pendidikan
demokratik.
3.
Pendidikan
terjangkau pada rakat proletariat
4.
Dan
bervisi kerakyataan.
dari keempat solusi tersebut sebuah keyakinan dalam tubuh dan
arah perjuangan kami percaya bahwa akan tercapai sesuai dengan kontradiksi
gerak zaman.
Salam pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar